Katanya berbahaya, kenapa orang Indonesia doyan makan mi instan?
Banyak artikel, berita, diskusi pakar nutrisi yang mengangkat topik bahayanya mengonsumsi mi instan. Dampak terlalu sering mengonsumsi mi instan di antaranya dapat mengidap penyakit kanker, usus bocor dan gangguan saraf otak.
Di dalam mi instan mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh. Salah satunya kandungan zat Propylene glycol. Zat ini merupakan antibeku yang membuat mi tidak mengering. Jika Propylene glycol diserap oleh tubuh, maka zat ini akan menumpuk dalam area hati, liver, dan ginjal.
Mi instan juga mengandung zat aditif seperti natrium polifosfat. Zat ini yang biasa dipakai untuk mengemulsi atau sebagai penyeimbang ketika membuat mi. Kemudian mengandung natrium karbonat dan kalium karbonat yang berfungsi sebagai pengatur asam. Selain itu, mie juga ditambahkan zat pewarna kuning (tartrazine).
Untuk bumbu mi instan terdapat banyak kandungan MSG (monosodium glutamat). Beberapa penelitian juga menyebutkan sampel mi instan seluruhnya mengandung bahan plastik yang sulit dicerna oleh usus.
Namun, bahaya itu semua seolah terlupakan dengan rasa mi instan yang enak. Selain alasan rasa, mi instan juga dianggap praktis dalam proses pembuatannya.
"Harga yang sangat terjangkau lebih murah 1 bungkus mi instan dibanding 1 bungkus nasi. Proses memasaknya sangatlah mudah dan semua orang dapat dipastikan bisa memasaknya. Dan yang pasti rasanya sangat menggoda membuat kita ketagihan," ujar Karina Kusumadewi (24) karyawan swasta, Jakarta, Selasa (24/3).
Suka sama rasanya, sebenarnya cuma itu alasannya. Waktu masih duduk di sekolah dasar bisa dipastikan setiap hari mengonsumsi mi instan karena suka sama rasanya dan diizinkan karena menolak makan yang lain," ujar Novi (28) karyawan swasta.
Ibu Rumah Tangga, Henny Rachmawati (24) mengatakan hal yang sama terkait rasa mi instan. Menurutnya, rasa mi instan membuat semua orang suka. Orang-orang menjadi terbiasa dengan rasa tersebut apalagi murah meriah harganya.
"Murah, enak, terbiasa," ujar Henny.
Selain mempertimbangkan rasa, masyarakat juga tergiur dengan harganya yang tergolong murah. Selain itu, untuk proses pembuatan mie instan yang cepat dan praktis.
"Praktis dan enak, terutama murah," ujar Erric Permana (28), karyawan swasta.
"Simpel (masaknya), irit waktu, murah enak dan tentunya bikin addict. Apalagi cocok buat anak kos," ujar Yosep Ondi Naro Sinaga (25), karyawan swasta.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, promosi mi instan di TV sangat gencar. Masyarakat sangat terangsang untuk membeli mi instan. Ditambah, pemerintah tidak mengkampanyekan kurangi konsumsi mi instan. Tak mengherankan jika Indonesia ditetapkan sebagai negara kedua untuk konsumsi mi instan tertinggi setelah China.
"Sebenarnya gini kalau yang menjadi dampak negatif mi instan bumbunya itu, pemerintah mengatur itu dari BPOM membatasi berapa komponen garam, mecin. Sebenarnya naiknya konsumsi mi instan hal yang membahayakan, menghantam sisi kesehatan masyarakat. Iklan-iklan di TV, promosi mi instan harus dikurangi," ujar Tulus.
source: merdeka